Laman

Senin, 31 Mei 2010

1Juni: Yustinus Martir; Simeon pengaku iman; Johanes Storey; Pampilus dari Sesarea dan Ahmed Martir.

St. Yustinus, Martir
  Yustinus lahir dari sebuah kelarga kavir di Nablus, Samaria, Asia kecil pada permulaan abad kedua kira-kira pada kurun waktu meninggalnya St. Yohanes Rasul.
  Yustinus mendapat pendidikan yang baik sejak masa kecilnya. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan-jalan di tepi pantai sambil merenungkan berbagai soal. Ia bertemu dengan seseorang yang sudah tua. Kepada orang tua itu Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang tua itu menerangkan kepadaya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah, tetang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi, serta tentang agama Kristen. Ia dinasehati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi.
   Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan di zaman itu, Yustinuspun mengajar di tempat-tempat umum, seperti alun-alun kota, dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai masalah, terutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya di Roma, Banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang bagi kebenaran iman kristen.
   Yustinus bangga bahwa ia menjadi seorang kristen yang saleh, dan ia bertekat meluhurkan kekristenannyadengan hidupnya. dalam bukunya "Percakapan dengan Triphon", Yustinus menulis: "meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau dibuang ke moncong-moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu dan api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi Nama Yesus, bertobat dan menjadi orang saleh".
   Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan ke depan penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Peristiwa itu terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar pada zaman gereja purba.

St. Simon, Pengaku Iman
   Simon menempuh pendidikan di Konstantinopel dan hidup bertapa di tepi sungai Yordan. Pria berdarah Yunani ini kemudian menjadi rahib di biara Betlehem dan Gunung Sinai. Ia lebih suka hidup menyendiri dan menetap di seputar pantai Laut Merah dan puncak Gunung. 
   Namun kemudian pemimpin biara mengutusnya ke Prancis. Setelah menjelajahi berbagai daerah, ia secara sukarela hidup terkunci di dalam sebuah bilik di suatu biara di Trier, Jerman sampai saat kematiannya.

St. Johanes Storey, Martir
   Yohanes Storey hidup antara tahun 1510 - 1571. Anggota parlemen Inggris ini sama sekali menolak mengakui Ratu Elisabet 1 sebagai kepala Gereja. Akibatnya ia dipenjarakan. Namun sempat lolos dan melarikan diri ke Belgia. Dengan tipu mislihat, ia dibawa kembali ke Inggris dan digantung hingga menghembuskan nafasnya di London.
St. Pamphilus dari Sesarea, Martir
   Pamphilus lahir di Berytus, Phoenicia (sekarang: Beirut, Lebanon) pada tahun 204 dari sebuah keluarga terkemuka dan kaya. Pamphilus mempunyai minat dan bakat besar dalam masalah-masalah sekular di Beritus sambil meneruskan studi teologi di sekolah Kateketik Aleksandria yang tersohor namanya di bawah bimbingan Pierius, pengganti Origenes. Dari Aleksandria ia pergi ke Sesarea, ibukota Palestina. Tak lama setelah ia tiba di Sesarea, ia ditahbiskan menjadi Imam oleh uskup Agapius. Ia menetap di sana dan teguh membela iman Kristen sampai hari kematiannya sebagai martir tahun 309/310.
   pamphilus seorang Imam, dosen, ekseget, dan pengumpul buku-buku yang bernilai tinggi. Dengan buku-buku yang berhasil dikumpulkannya, ia mengorganisir dan mengembangkan perpustakaan besar yang telah dirintis oleh Origenes. Perpustakaan ini berguna sekali bagi berbagai studi tentang Gereja. Dengan keahliannya di bidang Teologi dan kitab suci, Eusebius, salah seorang muridnya- yang kemudian dijuluki 'Bapa Sejarah Gereja'- sangat akrab dengannya. Bersama dia Pamphilus menulis sebuah Biografi tentang gurunya (Buku biografi ini telah hilang) sambil terus mengembangakan perpustakaan Sesarea tersebut. Ia memusatkan perhatian pada pengumpulan teks-teks Alkitab beserta komentar-komentarnya sehingga koleksinya menjadi sumber informasi penting bagi penerbitan suatu versipenulisan kitab suci yang secara tekstual lebih tinggi daripada versi-versi lainnya pada masa itu. Koleksi teks-teks Kitab suci dan buku-buku lainnya di dalam perpustakaan ini merupakan sumbangannya yang utama bagi Gereja, karena memberikan data yang lengkap dan terpercaya tentang literatur-literatur Kristen perdana. Karya St, Hieronimus dan Eusebius di bidang sejarah Gereja dan kitab suci didasarkan pada informasi yang disediakan di dalam perpustakaan pamphilus ini. Sayang sekali bahwa perpustkaan ini dan semua buku yang ada di dalamnya dirusak oleh orang-orang Arab pada abad ke tujuh.
   Kira-kira antara tahun 307 dan 308, Pamphilus ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa karena imannya. Sementara berada di penjara, ia bersama Eusebius - yang juga dipenjarakan - menulis sebuah apologi untuk membela Origenes; sebagian Fragmen dari tulisan ini kini masih ada. Karena ia menolak untuk membawa korban kepada dewa-dewa kafir selama aksi penganiayaan oleh Maximianus Daza, ia dipenggal kepalanya antara tahun 309 atau 310.

St. Ahmed, Martir
   Ahmed adalah saudara Almansur, kepala negeri Lerida di Spanyol. Bersama dengan kedua adiknya Zaida dan Zoraida, Ahmed bertobat mengikuti Kristus dan dipermandikan menjadi Kristen, Masing-masing dengan nama permandian Bernard, Maria, dan Gracia. Setelah menjadi Kristen ketiga kakan beradik ini berusaha mengkristenkan Almansur, kakak mereka, tetapi tindakan mereka ini justru mengakibatkan kematian mereka sebagai martir. Mereka ditangkap dan diserahkan ke tangan algojo untuk dibunuh.



 Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun, Obor
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar